Rabu, 08 April 2009

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Pengertian

Komunikasi

Penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES RI, 1984).

Menurut Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang atau lebih.

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat , dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa (Notoatmodjo, 2003).

Informasi

Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan.

Edukasi

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Tujuan KIE

Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung jawab.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi KIE

Menurut Effendy (1998), faktor – faktor yang mempengaruhi KIE secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

  1. Faktor Penunjang

Faktor yang dapat menunjang kelancaran proses KIE antara lain adalah pengetahuan dan keterampilan dari komunikator/pelaksana (tenaga kesehatan. Jika seorang komunikator atau memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam proses KIE, tentunya akan membawa hasil yang lebih baik.

  1. Faktor Penghambat
    1. Komunikator tidak menguasai isi pesan yang disampaikan, kurang pengalaman, pengetahuan dan keterampilan serta penampilan kurang meyakinkan.
    2. Pesan yang disampaikan kurang jelas karena suara terlalu kecil atau terlalu cepat sehingga sulit ditangkap oleh penerima, atau menyampaikannya terlalu menggunakan bahasa asing yang tidak dimengerti.
    3. Media yang digunakan tidak sesuai dngan topik permasalahan yang disampaikan.
    4. Pengetahuan komunikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan ya disampaikan.
    5. Lingkungan tempat KIE berlangsung terlalu bising sehingga pesan yang disampaikan tidak jelas.

Prinsip KIE

Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :

  1. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.\
  2. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu ( status pendidikan, social ekonomi dan emosi ) sebagaimana adanya.
  3. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
  4. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari – hari.
  5. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.

Konseling

Pengertian

Proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematis dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan keterampilan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedanga dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Tahapan Konseling

Tahapan konseling dibagi menjadi :

  1. Konseling awal
  2. Konseling khusus atau pemantapan
  3. Konseling kunjungan ulang

Langkah – langkah Konseling

Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan dari :

G : Greet

Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.

A : Ask atau Assess

Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

T : Tell

Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.

H : Help

Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing – masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.

E : Explain

Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.

R : Refer dan Return visit

Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.

Istilah tersebut diatas memiliki pengertian yang sama dengan SATU TUJU:

SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.

Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privacynya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu, serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.

Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, harapan, kepentingan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita didalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.

U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.

Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.

TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya.

Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan ?

J :Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.

Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.

U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.

Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

Jenis Pendekatan Dalam Memberikan Konseling

1. Mengarahkan (Directive) – “Counsellor Centred”

Suatu proses konseling dimana konselor lebih aktif (terfokus pada konselor) dengan cara memberikan saran aktif dan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu, antara lain :

    • Menasehati
    • Memancing informasi dari seseorang
    • Mengidentifikasi masalah
    • Menyarankan tindakan yang dapat diambil seseorang untuk dapat menyelesaikan persoalannya.

2. Tidak mengarahkan (Non-Directive)- “Client Centred”

Adalah suatu pendekatan yang memfokuskan perhatian pada orang yang bermasalah. Konselor lebih banyak bersikap pasif dan mendengarkan, antara lain dengan cara :

· Mendengarkan dengan baik tanpa memberikan reaksi

· Bersikap pasif tapi simpatik dan mengulangi apa yang dikatakan klien

· Bersikap memahami persoalan klien

· Mengarahkan seseorang untuk mengungkapkan masalah secara terbuka.

3. Gabungan (Participative)- “Coorporation Counseling”

Merupakan gabungan dari directive dan non-directive yang dapat mencapai hubungan kooperatif dalam membahas ide-ide untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya. Pendekatannya antara lain dapat dilakukan dengan cara:

· Gabungan antara cara mengarahkan dan tidak mengarahkan.

· Mendengarkan masalah, kemudian membantu mencari pemecahan bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar